Senin, 22 April 2013

CONTOH PTS

-->
BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang 
 Mutu di bidang pendidikan meliputi mutu input, proses, output, dan outcome. Input pendidikan dinyatakan bermutu jika siap berperoses. Proses pendidikan bermutu apabila mampu menciptakan suasana yang PAKEM (Pembelajaran yang Aktif, Kreatif, dan Menyenangkan).
Output dinyatakan bermutu apabila hasil belajar akademik dan nonakademik siswa tinggi. Outcome dinyatakan bermutu apabila lulusan cepat terserap di dunia kerja, gaji wajar, semua pihak mengakui kehebatannya lulusannya dan merasa puas (Usman, 2006 : 410). Mutu dalam konteks manajemen  mutu terpadu atau Total Quality Management (TQM) bukan hanya merupakan suatu gagasan, melainkan suatu filosofi dan metodologi dalam membantu lembaga untuk mengelola perubahan secara totalitas dan sistematik, melalui perubahan nilai, visi, misi, dan tujuan. Karena dalam dunia pendidikan mutu lulusan suatu sekolah dinilai berdasarkan kesesuaian kemampuan yang dimilikinya dengan tujuan yang ditetapkan dalam kurikulum.
Husaini Usman (2006 : 411) mengemukakan 13 (tiga) belas karakteristik yang dimiliki oleh mutu pendidikan diantaranya  yaitu :
  • Kinerja (performa) yakni berkaitan dengan aspek fungsional sekolah meliputi : kinerja guru dalam mengajar baik dalam memberikan penjelasan meyakinkan, sehat dan rajin mengajar, dan menyiapkan bahan pelajaran lengkap, pelayanan administratif dan edukatif sekolah baik dengan kinerja yang baik setelah menjadi sekolah vaforit
  • Waktu wajar (timelines) yakni sesuai dengan waktu yang wajar meliputi memulai dan mengakhiri pelajaran tepat waktu, waktu ulangan tepat.
Pendapat di atas menjelaskan bahwa untuk melaksanakan tugas dalam meningkatkan mutu pendidikan maka diadakan proses belajar mengajar, guru merupakan figur sentral, di tangan gurulah terletak kemungkinan berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan belajar mengajar di sekolah. Oleh karena itu tugas dan peran guru bukan saja mendidik, mengajar dan melatih tetapi juga bagaimana guru dapat membaca situasi kelas dan kondisi dan kondisi siswanya dalam menerima pelajaran.
Untuk meningkatkan peranan guru dalam proses belajar mengajar dan hasil belajar siswa, maka guru diharapkan  mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan mampu mengelola kelas.  Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik dan mengevaluasi peserta didik, pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Sementara pegawai dunia pendidikan merupakan bagian dari tenaga kependidikan, yaitu anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan. Dalam informasi tentang wawasan Wiyatamandala, kedisiplinan guru diartikan sebagai sikap mental yang  mengandung kerelaan mematuhi semua ketentuan, peraturan dan norma yang berlaku dalam menunaikan tugas dan tangung jawab.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan, kedisiplinan guru dan pegawai adalah sikap penuh kerelaan dalam mematuhi semua aturan dan norma yang ada dalam menjalankan tugasnya sebagai bentuk tanggung jawabnya terhadap pendidikan anak didiknya. Karena bagaimana pun seorang guru atau tenaga kependidikan (pegawai), merupakan cermin bagi anak didiknya dalam sikap atau teladan, dan sikap disiplin guru dan tenaga kependidikan (pegawai) akan memberikan warna terhadap hasil pendidikan yang jauh lebih baik.
Peranan guru selain sebagai seorang pengajar, guru juga berperan sebagai seorang pendidik. Pendidik adalah seiap orang yang dengan sengaja mempengaruhi orang lain untuk mencapai tingkat kemanusiaan yang lebih tinggi (Sutari Imam Barnado, 1989:44). Sehinggga sebagai pendidik, seorang guru harus memiliki kesadaran atau merasa mempunyai tugas dan kewajiban untuk mendidik. Tugas mendidik adalah tugas yang amat mulia atas dasar “panggilan” yang teramat suci.
Keteladanan guru dapat dilihat dari prilaku guru sehari-hari baik didalam sekolah maupun diluar sekolah. Selain keteladanan guru, kedisiplinan guru juga menjadi salah satu hal penting yang harus dimiliki oleh guru sebagai seorang pengajar dan pendidik.
Fakta dilapangan yang di SDN Bugasur Kedaleman I adalah kurang disiplinnya guru, terutama masalah disiplin guru masuk kedalam kelas pada  saat kegiatan pembelajaran dikelas.  Sering dijumpai guru masih mengobrol padahal jam masuk telah berbunyi, dan siswa juga sering terlihat berhamburan keluar kelas, padahal bel istirahat belum berbuyi. Tak jarang pula petugas piket membunyikan bel terlambat karena terlalu asik mengobrol dengan rekan guru yang lain.
Pemerintah sendiri telah mengatur tentang disiplin pegawai yaitu “PP NOMOR 53 TAHUN 2010  TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL”. Peraturan itu telah jelas dan mengikat para pegawai dan disini khususnya adalah guru.
Untuk mengatasi masalah di atas, peneliti tertarik untuk membuat formula khusus. Yaitu IRP dipadu IT. I untuk Instantiate (pemberian contoh), R untuk Reward (pujian) dan P untuk Punishment (Hukuman). Pemaduan dengan IT ditujukan untuk mengatasi kebiasaan guru piket yang selalu terlambat dalam membunyikan bel.
Berdasarkan uraian diatas, penulis merumuskan sebuah penelitian  tindakan sekolah dengan judul : ” Penerapan IRP Dipadu IT Untuk Meningkatkan Disiplin Kehadiran Guru Dalam Mengajar Di SDN Bugasur Kedaleman I Gudo Kabupaten Jombang Pada Tahun 2012”

B.  Identifikasi Masalah
Dari uraian di atas, permasalahan yang terjadi di SDN Bugasur Kedaleman I teridentifikasi sebagai berikut:
1.  Masih banyak guru yang datang terlambat ke sekolah.
2.  Guru masih sering terlambat masuk kelas.
3.  Guru mengakhiri pembelajaran sebelum jam pelajaran berakhir.
4.   Guru piket sering terlambat dalam membunyikan bel sekolah.

C.  Pembatasan Masalah
Dalam melakukan penelitian Tindakan Sekolah ini, peneliti membatasi permasalahan pada upaya peningkatkan disiplin guru dalam kehadiran mengajar dikelas melalui penerapan IRP dipadu IT.

D.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, rangkaian masalah yang teridentifikasi dan pembatasan masalah dalam Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) peningkatan disiplin guru di  SDN Bugasur Kedaleman I Kecamatan Gudo Kabupaten Jombang dirumuskan sebagai berikut :
1.        Bagaimana strategi IRP dipadu IT  dapat meningkatkan disiplin kehadiran guru dalam mengajar di SDN Bugasur Kedaleman I Kecamatan Gudo Kabupaten Jombang Tahun 2012?
2.        Bagaiana pelaksanaan / implementasi dari strategi IRP dipadu IT dalam meningkatkan meningkatkan disiplin kehadiran guru dalam mengajar di SDN Bugasur Kedaleman I Kecamatan Gudo Kabupaten Jombang Tahun 2012?
3.       Bagaimana efektivitas strategi IRP dipadu IT  dalam meningkatkan disiplin kehadiran guru dalam mengajar di SDN Bugasur Kedaleman I Kecamatan Gudo Kabupaten Jombang Tahun 2012?

E.    Tujuan Penelitian Tindakan Perbaikan Pembelajaran
Tujuan utama dari Penelitian Tindakan Sekolah  (PTS) adalah meningkakan disiplin kehadiran guru dalam mengajar di SDN Bugasur Kedaleman I Kecamatan Gudo Kabupaten Jombang. Secara umum adalah untuk mendapatkan gambaran secara menyeluruh mengenai peningkatan disiplin kehadiran guru dalam mengajar di SDN Bugasur Kedaleman I Kecamatan Gudo Kabupaten Jombang .
Adapun tujuan khusus dari Penelitain Tindakan Sekolah  (PTS) adalah meningkakan disiplin kehadiran guru dalam mengajar di SDN Bugasur Kedaleman I Kecamatan Gudo Kabupaten Jombang melalui strategi IRP adalah untuk mendapatkan deskripsi tentang :
1.      Pelaksanaan / implementasi dari strategi IRP dipadu IT dalam meningkatkan meningkatkan disiplin kehadiran guru dalam mengajar di SDN Bugasur Kedaleman I Kecamatan Gudo Kabupaten Jombang.
2.      Efektivitas strategi IRP dipadu IT  dalam meningkatkan disiplin kehadiran guru dalam mengajar di SDN Bugasur Kedaleman I Kecamatan Gudo Kabupaten Jombang.

F.  Manfaat Penelitian  Perbaikan Pembelajaran
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, sbb :
1.     Bagi Peneliti
merupakan wujud usaha nyata kepala sekolah dalam memecahkan berbagai masalah disekolah melalui kegiatan penelitian.
2.     Bagi guru
diharapkan dapat menjadi motivasi guru dalam meningkatkan kedisiplinan dalam kehadiran pada masa penelitian dan sesudahnya.
3.     Bagi sekolah
bisa dijadikan sumbangan dalam mewujudkan budaya sekolah yang dapat mendorong keberhasilan dan peningkatan mutu pembelajaran yang diawali dengan kedisiplinan pengajar di lembaganya.
4.     Bagi Rekan Kepala Sekolah
bisa dijadikan rujukan untuk menyelesaikan permasalahan serupa di satuan pendidikan yang dipimpinnya.

G.  Definisi Istilah
Menurut Kamus Bahasa Indonesia, disiplin adalah ketaatan pada peraturan (tata tertib). Dalam penelitian ini, disiplin dibatasi hanya pada kehadiran guru dikelas pada kegiatan belajar mengajar. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar,dan pendidikan
menengah. (UU No. 14, Tahun 2005)
Instantiate diartikan adalah pemberian contoh, pemberian contoh berupa kedisiplinan datang dalam tiba disekolah dan waktu pulang, juga saat melaksanakan tugasnya sebagai pengajar mata pelajaran di sekolah.
 Reward and Punisment diartikan sebagai pemberian penghargaan dan hukuman, penghargaan disini bukan hanya penghargan dalam bentuk materi saja termasuk didalamnya adalah pujian kepada guru yang dipandang disiplin dalam kehadiran dikelas pada kegiatan belajar mengajar dan teguran atau hukuman kepada guru yang sering terlambat masuk kelas.




BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.     Peran Kepala Sekolah
Berbagai penelitian menunjukkan peran kunci yang dapat dilakukan kepala  sekolah agar dapat meningkatkan belajar dan pembelajaran, jelas bahwa kepala sekolah harus berperan sebagai  leaders for learning (The Institute for Educational Leadership, 2000). Para kepala sekolah harus mengetahui isi pelajaran dan teknik-teknik pedagogis. Para kepala sekolah harus bekerja bersama guru untuk meningkatkan keterampilan. Kepala sekolah harus mengumpulkan, menganalisis, dan menggunakan data dengan cara-cara yang menumbuhkan keunggulan. Mereka harus berkumpul siswa, guru, orang tua, organisasi-organisasi layanan sosial dan kesehatan.
Organisasi kepemudaan, dunia usaha, warga sekitar sekolah untuk meningkatkan kinerja siswa. Selanjutnya para kepala sekolah itu juga harus memiliki keterampilan dan pengetahuan kepemimpinan dalam rangka memanfaatkan kewenangannya untuk mencari strategi-strategi yang diperlukan. 
Mereka seharusnya melakukan itu semua, akan tetapi sayang, sering dijumpai bahwa mereka tidak melakukannya. Meskipun masyarakat pada umumnya memberi sorotan kepada kepala sekolah ketika hasil Ujian Nasional siswa diumumkan dan mengajukan usul untuk memberi sanksi apabila sekolah tidak menunjukkan hasil sebagaimana diharapkan, para kepala sekolah di masa lalu tidak banyak melalukan persiapan atau melakukan pengembangan keprofesionalan berkelanjutan untuk membekali diri dalam rangka melaksanakan peran baru tersebut.
Pihak pemerintah daerah, atau dinas pendidikan, selama ini juga lebih banyak mendorong kepala sekolah untuk sekedar mentaati peraturan yang ada, berusaha untuk mengelola tuntutan menjalankan kepala sekolah yang berlipat ganda di era meningkatnya harapan, kebutuhan siswa yang kompleks, akuntabilitas yang terus meningkat, peningkatan keberagaman, dan sabagainya.
Tidak ada alternatif lain, masyarakat di seluruh negeri ini harus “reinvent the principalship” untuk memampukan para kepala sekolah dalam menghadapi tantangan abad 21, dan untuk menjamin para pemimpin bagi belajar siswa yang dibutuhkan untuk membimbing agar sekolah dan siswanya yang dipimpinnya mencapai keberhasilan.

B.     Guru Sebagai Pendidik
Pendidikan bukan hanya sekedar  mengawetkan kebudayaan dan meneruskannya dari generasi ke generasi, akan tetapi juga diharapkan pendidikan ini dapat mengubah dan mengembangkan suatu pengetahuan. Pendidikan bukan hanya menyampaikan keterampilan yang sudah dikenal, namun harus dapat meramalkan berbagai jenis keterampilan dan kemahiran yang akan datang, dan sekaligus menemukan cara yang tepat dan cepat dikuasai oleh anak didik.(Budiningsih,2005).
Budaya sekolah adalah nilai-nilai dominan yang didukung oleh sekolah atau  falsafah yang menuntun kebijakan sekolah terhadap semua unsur dan komponen
sekolah termasuk stakeholders pendidikan,  seperti cara melaksanakan pekerjaan di sekolah serta asumsi atau kepercayaan  dasar yang dianut oleh personil sekolah.
Budaya sekolah merujuk pada suatu sistem nilai, kepercayaan dan norma-norma yang diterima secara bersama, serta dilaksanakan dengan penuh kesadaran sebagai perilaku alami, yang dibentuk oleh lingkungan yang menciptakan pemahaman yang sama diantara seluruh unsur dan personil sekolah baik itu kepala sekolah, guru, staf, siswa dan jika perlu membentuk opini masyarakat yang sama dengan sekolah. (Akhmad Sudrajat, 2010).

C.     Kedisiplinan
Disiplin adalah kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang  berlaku. Adapun arti kesadaran adalah sikap seseorang yang secara sukarela menaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya. Sedangkan  arti kesediaan adalah  suatu sikap, tingkah laku, dan perbuatan seseorang yang sesuai dengan peraturan perusahaan baik yang tertulis maupun tidak (Hasibuan ,1997:212). Menurut Davis disiplin kerja dapat diartikan sebagai pelaksanaan manajemen untuk  memperteguh pedoman-pedoman organisasi (Mangkunegara, 2000 : 129).
Disiplin merupakan suatu bentuk ketaatan pada peraturan dan sanksi yang berlaku dalam lingkungan  sekolah. Disiplin yang dimaksudkan dalam asas ini adalah sikap dan perilaku  disiplin yang muncul karena kesadaran dan kerelaan kita untuk hidup teratur dan rapi serta mampu menempatkan sesuatu sesuai pada kondisi yang seharusnya. Jadi  disiplin disini bukanlah sesuatu yang harus dan tidak harus dilakukan karena peraturan yang menuntut kita untuk taat pada aturan yang ada. Aturan atau tata tertib yang dipajang dimana-mana bahkan merupakan atribut, tidak akan menjamin untuk dipatuhi apabila tidak didukung dengan suasana atau iklim lingkungan sekolah yang disiplin. Disiplin tidak hanya berlaku pada orang tertentu saja di sekolah tetapi untuk semua personil sekolah tidak kecuali kepala sekolah, guru dan staf.
Penerapan disiplin warga sekolah, khususnya disiplin guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar sangat  berkit kepada kinerja guru itu sendiri.
Heidjrachman dan Husnan, (2002:  15) mengungkapkan “Disiplin adalah setiap perseorangan dan juga kelompok yang menjamin adanya kepatuhan terhadap perintah” dan berinisiatif untuk melakukan suatu tindakan yang diperlukan seandainya tidak ada perintah”.
Menurut Davis (2002: 112) “Disiplin adalah tindakan manajemen untuk memberikan semangat kepada pelaksanaan standar organisasi, ini adalah pelatihan yang mengarah pada upaya membenarkan dan melibatkan pengetahuan-pengetahuan sikap dan perilaku pegawai sehingga ada kemauan pada diri pegawai untuk menuju pada kerjasama dan prestasi yang lebih baik”. 
Menurut Handoko (2001: 208) disiplin adalah kegiatan manajemen untuk menjalankan standar-standar organisasional. Ada dua tipe kegiatan pendisiplinan yaitu preventif dan korektif. Dalam pelaksanaan disiplin, untuk memperoleh hasil seperti yang diharapkan, maka pemimpin dalam usahanya perlu menggunakan pedoman tertentu sebagai landasan pelaksanaan.
Dilihat dari sisi manajemen, terjadinya disiplin kerja itu akan melibatkan dua kegiatan pendisiplinan :
 1.  Preventif, pada pokoknya, dalam kegiatan ini bertujuan untuk mendorong disiplin diri di antara para karyawan, agar  mengikuti berbagai standar atau aturan. Sehingga penyelewengan kerja dapat dicegah.
2.  Korektif, kegiatan yang ditujukan untuk  menangani pelanggaran terhadap aturan dan mencoba untuk menghindari pelanggaran-pelanggaran lebih lanjut (Heldjrachman dkk, 1990).
Melalui disiplin pula timbul keinginan dan kesadaran untuk menaati peraturan organisasi dan norma sosial. Namun tetap pengawasan terhadap pelaksanaan disiplin tersebut perlu dilakukan. Disiplin kerja adalah persepsi guru terhadap sikap pribadi guru dalam hal ketertiban dan keteraturan diri yang dimiliki oleh guru dalam bekerja di sekolah tanpa ada pelanggaran-pelanggaran yang merugikan dirinya, orang lain, atau lingkungannya.
Sekolah yang menegakkan disiplin akan menjadi sekolah yang berkualitas, baik dari segi apapun juga, benarkah itu? Ini adalah bahasan sekilas dari satu sisi namun justru sangat primer (proses belajar-mengajar saja), tapi ini banyak terjadi di beberapa sekolah. Konon bagaimanapun atau apapun model dan kualitas inputnya semua akan menjadi berkualitas, semua  bisa dilakukan lewat  disiplin. Mungkin ada benarnya. Setidaknya membuat lingkungan sekolah berdisiplin, terutama disiplin dalam belajar dan proses mengajar. Setidaknya pengkondisian dalam soal disiplin akan membuat image tersendiri di lingkungan sekitar tentang kondisi sekolah.
Disiplin di sini diartikan  ketaatan pada peraturan. Dari sini semuanya bermula, sebelum disiplin diterapkan perlu dibuat peraturan atau tata tertib yang benar-benar realistik menuju suatu titik,  yaitu kualitas tadi. Lalu  mengapa banyak sekolah yang mutunya rendah baik ditinjau dari nilai-nilai siswa, kinerja personal sekolah.
Banyak hal yang harus ditangani dalam ranah pendidikan di sekolah, tapi jika itu terlalu berat mungkin bisa saja sedikit dikurangi  hanya untuk hal belajar dan mengajar saja. Selama ini yang terjadi di beberapa sekolah adalah seringnya kelas kosong saat jam belajar. Ini dikarenakan guru tidak masuk kelas dan tanpa ada tugas yang harus dikerjakan siswa. Ketidakmasukan guru itu bisa saja karena kepentingan dinas atau yang lain.
Ketidaktepatan dalam hal guru masuk  kelas sehingga jeda waktu pergantian jam bisa dimanfaatkan siswa untuk melakukan tindakan indisipliner. Komitmen guru dalam hal ini kadang sering menjadi  penyebabnya. Dalam manajemen sekolah, biasanya pengawasan banyak yang tidak bisa  berjalan dengan baik, lebih-lebih jika komitmen guru dan siswa rendah maka sekolah-pun akhirnya sulit majunya.

D.    Reward dan Punishment
Penerapan disiplin dapat ditegakan melalui pemberian  reward and punishment.  Reward dan punishment merupakan dua bentuk metode dalam memotivasi seseorang untuk melakukan kebaikan dan meningkatkan prestasinya.
Kedua metode ini sudah cukup lama dikenal dalam dunia kerja. Tidak hanya dalam dunia kerja, dalam dunia penidikan pun kedua ini kerap kali digunakan. Namun selalu terjadi perbedaan pandangan, mana yang lebih diprioritaskan antara reward dengan punishment? 
Reward artinya ganjaran, hadiah, penghargaan atau imbalan. Dalam konsep manajemen,  reward merupakan salah satu alat  untuk peningkatan motivasi para pegawai. Metode ini bisa meng-asosiasi-kan perbuatan dan kelakuan seseorang dengan perasaan bahagia, senang, dan biasanya akan membuat mereka melakukan suatu perbuatan yang baik secara berulang-ulang. Selain motivasi, reward juga bertujuan agar seseorang menjadi giat lagi usahanya untuk memperbaiki atau meningkatkan prestasi yang telah dapat dicapainya.
Sementara  punishment diartikan sebagai hukuman atau sanksi. Jika  reward merupakan bentuk  reinforcement yang positif, maka  punishment sebagai bentuk  reinforcement yang negatif, tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Tujuan dari metode ini adalah menimbulkan rasa tidak senang  pada seseorang supaya mereka jangan membuat sesuatu yang jahat. Jadi,  hukuman yang dilakukan mesti bersifat pedagogies, yaitu untuk memperbaiki dan  mendidik ke arah yang lebih baik.
Menurut Amaryllia, konsultan manajemen dan strategi dari Sien Consultan, dalam sejarahnya, reward dan punishment kali pertama banyak diterapkan di bidang penjualan (sales). Namun, kini metode tersebut banyak diadopsi oleh organisasi, perusahaan yang bergerak di pelbagi bidang, bahkan dunia pendidikan.
Penerapan reward dan punishment dalam dunia pendidikan dapat diterapkan sepanjang hal tersebut tidak bertentangan  dengan tujuan pendidikan itu sendiri. Penerapan reward dan punishment juga tidak hanya diterapkan kepada siswa yang berprestasi atau yang melanggar tata-tertib, tetapi juga dapat diterapkan kepada guru-guru agar mereka berdisiplin dalam  mengajar untuk memenuhi tugas mereka memberikan pelajaran kepada siswanya.
Reward artinya ganjaran, hadiah, penghargaan atau imbalan. Dalam konsep manajemen, reward merupakan salah satu alat untuk peningkatan motivasi para pegawai. Metode ini bisa meng-asosiasi-kan perbuatan dan kelakuan seseorang dengan perasaan bahagia, senang, dan biasanya akan membuat mereka melakukan suatu perbuatan yang baik secara berulang-ulang. Selain motivasi, reward juga bertujuan agar seseorang menjadi giat lagi usahanya untuk memperbaiki atau meningkatkan prestasi yang telah dapat dicapainya.
Sementara  punishment diartikan sebagai hukuman atau sanksi. Jika reward merupakan bentuk reinforcement yang positif; maka punishment sebagai bentuk reinforcement yang negatif, tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Tujuan dari metode ini adalah menimbulkan rasa tidak senang pada seseorang supaya mereka jangan membuat  sesuatu yang jahat. Jadi, hukuman yang dilakukan mesti bersifat pedagogies, yaitu untuk memperbaiki dan mendidik ke arah yang lebih baik.
Selanjutnya hukuman yang diberikan  bukanlah dengan kekerasan, tetapi diberikan dengan ketegasan. Jika hukuman dilakukan dengan kekerasan, maka hukuman tidak lagi memotivasi seseorang  berbuat baik, melainkan membuatnya merasa takut dan benci sehingga bisa menimbulkan pemberontakan batin. Di sinilah dibutuhkan skill dari para pimpinan atau si pemberi punishment sehingga tujuan yang diinginkan dapat tercapai secara efektif.
Dalam konteks pembelajaran dikelas yang berkaitan dengan kedisiplinan guru dalam melaksanakan tugas, penerapan metode reward dan punishment juga dapat meningkatkan motivasi guru untuk  hadir tepat waktu pada kegiatan pembelajaran didalam kelas.
Bukanlah hal yang aneh kalau siswa sering mengeluh tentang ketidakhadiran guru  dalam kegiatan belajar mengajar.  Tidak pula asing kita dengan siswa mengeluh tentang adanya guru yang menyampaikan pelajaran  kurang dari waktu yang telah ditentukan, atau menyampaikan materi seadanya. Yang ironis, ada pula guru yang menuliskan kehadirannya di kelas padahal sebenarnya ia tidak menyampaikan pelajaran kepada siswanya.  Hal seperti ini tentu sangat mengecewakan siswa yang serius untuk mengikuti perkuliahan.
Bagi guru, ketidakhadiran dalam mengajar sesuai jadwal terkadang merupakan suatu hal yang tidak terhindarkan, mengingat suatu kali mereka mempunyai keperluan yang mendadak dalam waktu yang sama sehingga tidak mengajar. Namun hal demikian menjadi tidak wajar jika ketidak hadiran atau keterlambatan mengajar dikelas selalu dan sering terjadi.
Hal ini berdampak buruk terhadap proses pembelajaran. Pertama, siswa menjadi kecewa, dan hal ini dapat menurunkan motivasi belajar mereka. Siswa memperoleh contoh yang buruk tentang kedisiplinan. Kedua, guru yang mengajar dengan sungguh-sungguh merasa usahanya menjadi sia-sia dan sekaligus kecewa.
Dampak dari guru yang malas untuk mengajar bukan semata ditanggung mereka namun juga seluruh institusi atau warga sekolah.   Perilaku malas untuk mengajar juga bisa menjadi virus bagi guru yang biasanya rajin mengajar Reward dan  punishment merupakan dua bentuk metode dalam memotivasi seseorang untuk melakukan kebaikan dan meningkatkan prestasinya.
Peran  reward dan  punishment bagi SDM ini pun juga harus dibawa menjadi bentuk participative. Likert (1967) menyebutkan dalam salah satu sistem manajemen participative ini mengakui dan berusaha memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusiawi para pekerja. Tidak saja kebutuhan faali,  tetapi juga kebutuhan-kebutuhan lainnya.
Penerapan lain juga bisa diterapkan bagi karyawan atau aparatur peningkatkan disiplin SDM aparatur yang  masih rendah dengan perubahan perilaku yang mendasar. Hal itu terjadi melalui revitalisasi pembinaan kepegawaian dan proses pembelajaran dengan membangun komitmen kuat dalam mengemban tugas sebagai pegawai negeri sipil, disertai pengembangan sistem  reward dan  punishment yang tepat dan efektif (Bambang Nugroho, 2006). Pemberian  rewards and punishments sangat berkaitan dengan terlaksananya kedisiplinan guru dalam kegiatan belajar mengajar dikelas.

E.     Instantiate
Kepala sekolah selaku pemimpin pembelajaran mempunyai peran yang sangat strategis dalam pencapaian tujuan sekolah dalam meningkatkan mutu. Salah satu faktor yang penting adalah adanya keteladanan (contoh) dalam kedisiplinan yang diberikan oleh kepala sekolah. Hal ini seperti falsafah pendidikan yang dikemukakan oleh Bapak Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara, ”Ing Ngarso Sung Tuladha.” Kepala sekolah selaku pemimpin pembelajaran harus bisa memberikan contoh kepada semua wara sekolah agar tercipta budaya disiplin disekolah, yang pada akhirnya akan meningkatkan mutu sekolah.
Instantiate diartikan pemberian contoh. Seperti semboyan yang dikemukakan Ki Hajar Dewantara di atas, seorang kepala sekolah hendaknya memberikan suritauladan yang baik kepada bawahannya. Sebagai orang di tuakan, seorang kepala sekolah akan menjadi pusat perhatian guru, dan guru akan menirukan apa yang telah dicontohkan oleh sang kepala sekolah.
F.      Information Technology (IT)
IT atau information technology yang dalam bahasa Indonesia dikenal dengan teknologi informasi memang sudah sangat familiar di telinga masyarakat. Apalagi di era serba komputer  saat ini. Bagi masyarakat awam, segala sesuatu yang berhubungan dengan komputer pasti dikaitkan dengan IT. dunia IT tiba - tiba menjadi bidang yang menarik untuk digeluti akhir - akhir ini karena terbukti bidang IT telam mampu membuka peluang kerja bagi banyak orang. Selain itu, bekerja di bidang IT juga telah menjadi favorit bagi banyak orang karena dinilai lebih keren dan bergengsi.
(http://carapedia.com/pengertian_definisi_info2345.html)
Berikut ini adalah pengertian dan definisi IT:
1.     Y. MARYONO & B. PATMI ISTIANA ( 2005)
IT adalah tata cara atau sistem yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan pesan atau informasi. IT juga bisa diartikan sebagai pemanfaatan perangkat komputer sebagai alat untuk memproses, menyajikan, serta mengelola data dan informasi dengan berbasis pada peralatan komunikasi
2.     CHRISTINE WIBHOWO & RIDWAN SANJAYA; 2011
IT adalah hasil rekayasa manusia terhadap proses penyampaian informasi dari bagian pengirim ke penerima sehingga pengiriman informasi tersebut akan lebih cepat, lebih luas penyebarannya, dan lebih lama penyimpanannya
3.     WILLIAMS & SAWYER; 2005
IT merupakan bentuk umum yang menggambarkan setiap teknologi yang membantu menghasilkan, memanipulasi, menyimpan, mengkomunikasikan, dan atau menyimpan informasi
4.     SAURIP KADI & SIOK LIAN LIEM; 2008
IT merupakan alat bagi kesetaraan akses informasi (dan kemudian akses kekuasaan) bagi manusia di belahan bumi mana pun
5.     MARTIN, BROWN, DEHAYES, HOFFER, PERKINS; 2005
IT merupakan kombinasi teknologi komputer (perangkat keras dan perangkat lunak) untuk mengolah dan menyimpan informasi dengan teknologi komunikasi untuk melakukan transmisi informasi.
Dalam penelitian ini, peneliti menerapkan teknologi komputer untuk menjalankan sebuah perangkat aplikasi bel sekolah yang dapat bekerja sesuai dengan jadwal yang telah diprogramkan.
Bel sekolah merupakan suatu perangkat yang tidak bisa dipisahkan dari sekolah.bel sekolah berfungsi untuk memberikan tanda pergantian jam untuk setiap pelajaran. Tetapi sayangnya petugas seringkali lupa membunyikan bel sekolah pada saat yang tepat, sehingga pergantian pelajaran bisa jadi kacau, pelajaran satu dengan lainnya durasinya tidak sama.
Dimana aplikasi yang dibangun ini memiliki kelebihan yaitu bel dapat berbunyi otomatis sesuai waktu yang sudah di tentukan sebelumnya dan untuk jenis suara bel juga dapat kita sesuaikan sendiri sehingga dapat meringankan pekerjaan penjaga sekolah/guru piket. Untuk penentuan waktu cukup 1 kali saja karena hasil inputan data bel otomatis akan disimpan dalam database sehingga untuk menggunakannya hanya cukup buka aplikasi bel otomatis ini kemudian tekan tombol play. Dengan otomatis bel otomatis akan bunyi pada jam-jam yang sudah ditentukan.
Fungsi dan kegunaan bel sekolah ini yaitu :
1.     Menggantikan fungsi bel manual menjadi otomatis berbunyi pada waktu yg telah ditentukan sesuai dengan jadwal pelajaran.
2.     Menghindari kelalain petugas dalam penekan tombol bel karena dengan bel ini sudah tidak dibutuhkan lagi pekerjaan menekan bel.
3.     Memberikan informasi yg lebih lengkap tentang tiap-tiap waktu bel berbunyi, misalnya dinformasikan pada jam 09:00 WIB saatnya siswa beristirahat.
4.     Menggantikan suara nada bel yg biasanya dikodekan misalnya : Tet…Tet…Tet… menjadi informasi hasil rekaman suara manusia yg lebih jelas artinya.
5.     Bunyi atau suara bel dapat disesuaikan berfariasi sehingga murid TIDAK BOSAN, diutamakan lagu-lagu Nasional Pada saat istirahat dapat secara otomatis disisipkan lagu/suara/murotal WAV, MP3, dan MIDI sebagai pengisi waktu dan dapat diset secara berbeda-beda untuk tiap pergantian hari
6.     Dapat diset sebagai BEL HARIAN ataupun BEL KHUSUS pada saat pelaksanaan ujian/test atau waktu bulan ramadhan.









Copyright www.m-edukasi.web.id Media Pendidikan Indonesia



G.    Kerangka berfikir
Perlu disadari bahwa untuk menciptakan disiplin kerja dalam organisasi/perusahaan dibutuhkan adanya :
a.  Tata tertib/ peraturan yang jelas.
b.  Penjabaran tugas dari wewenang yang cukup jelas.
c. Tata kerja yang sederhana, dan mudah diketahui oleh  setiap anggota dalam organisasi.
Dalam upaya penerapan kedisiplinan  guru pada kehadiran dikelas dalam kegiatan belajar mengajar, bisa ditempuh dengan beberapa upaya. Adapun upaya dalam meningkatkan disiplin guru adalah sebagai berikut: (a) sekolah memiliki sistem pengendalian ketertiban yang dikelola dengan baik, (b) adanya keteladanan disiplin dalam sikap dan prilaku dimulai dari pimpinan sekolah, (c)  mewajibkan guru untuk  mengisi agenda kelas dan mengisi buku absen yang diedarkan oleh petugas piket, (d) pada awal masuk sekolah kepala sekolah bersama guru membuat kesepakatan tentang aturan  kedisiplinan, (e) memperkecil kesempatan guru untuk ijin meninggalkan kelas,  dan (f) setiap rapat pembinaan diumumkan frekuensi pelanggaran terendah.
Dengan strategi tersebut diatas kultur disiplin guru dalam kegiatan pembelajaran bisa terpelihara dengan baik, suasana lingkungan  belajar aman dan terkendali sehingga siswa bisa mencapai prestasi belajar yang optimal.
Untuk mencapai tingkat kedisiplinan yang optimal, seorang kepala sekolah berhak memberikan sebuah teguran atau hukuman (punishment) dan sebaliknya keala sekolah memberikan pujian (reward) kepada bawahan yang telah melakukan tindakan disiplin sesuai peraturan yang telah ditentukan. Akan tetapi hal yang lebih utama kepala sekolah harus memberikan contoh yang baik (instantiate) kepada stafnya. Karena seorang kepala sekolah sebagai orang di depan akan menjadi cermin bawahannya.
Untuk mendukung itu semua, peneliti memanfaatkan sebuah perangkat lunak yang diunduh dari www.m-edukasi.web.id  aplikasi bel yang dioperasikan dengan sebuah komputer sekolah yang dihubungkan dengan pengeras suara. Yang fungsinya untuk menghindari ketidaktepatan waktu guru piket dalam membunyikan bel sekolah.
H.    Hipotesis Tindakan Penelitian
“Penerapan strategi IRP dipadu IT  dapat meningkatkan disiplin kehadiran guru dalam mengajar di SDN Bugasur Kedaleman I Kecamatan Gudo Kabupaten Jombang Tahun 2012.”


BAB III
METODE PENELITIAN

A.    Desain Penelitian Tindakan
Penelitian yang dilakukan termasuk jenis penelitian tindakan. Penelitian tindakan ini terfokus pada penelitian tindakan sekolah.
      Dalam penelitian ini hanya digunakan dua siklus dan mengikuti model penelitian yang diberikan oleh Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (2008) yang langkah-langkahnya dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar Desain Penelitian Tindakan dari Depdiknas






















B.    Subjek dan Objek Penelitian
1.     Subjek Penelitian
Yang menjadi subjek penelitian adalah seluruh staf di SDN Bugasur Kedaleman I. Jumlah tenaga pendidik dan kependidikan di SDN Bugasur Kedaleman I adalah 13, yang terdiri dari 6 orang guru kelas, 1 orang Guru Agama Islam, 1 orang guru Penjas, 1 orang guru Bahasa Inggris dan SBK, 1 orang guru ekstra kurikuler komputer dan kepala sekolah yang juga berperan sebagai pendidik pada mata pelajaran PKn kelas 4, 5 dan 6 . ditambah dengan seorang penjaga sekolah.
2.     Objek Penelitian
Kedisiplinan tenaga pendidik di SDN Bugasur Kedaleman I dalam kehadiran mengajar di kelas.

C.    Lokasi dan Waktu Penelitian
1.     Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah SDN Bugasur Kedaleman I Kecamatan Gudo Kabupaten Jombang, yang terletak ± 1,5km dari kecamatan Gudo.
2.     Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama 2 bulan mulai bulan Januari sampai bulan Pebruari 2012. Kegiatannya termasuk perencanaan dan persiapan.

D.    Prosedur Penelitian
Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini dilaksanakan dalam dua siklus. Hali ini dikarenakan keterbatasan waktu yang tersedia, serta dengan dua siklus sudah penulis anggap cukup untuk peningkatan disiplin guru  dalam kehadiran dikelas pada kegiatan belajar mengajar
Siklus I
Siklus 1 terdiri atas beberapa tahap, yaitu : (1) Perencanaan,  (2) Pelaksanaan, (3) Pengamatan dan Evaluasi, dan (4) Refleksi.
1.  Perencanaan
     Perencanaan adalah langkah awal yang dilakukan oleh penulis saat akan memulai tindakan. Agar perencanaan mudah dipahami dan dilaksanakan oleh penulis yang akan melakukan tindakan, maka penulis membuat rencana tindakan  sebagai berikut : 
(a)  Merumusan masalah yang akan dicari solusinya. Dalam penelitian ini masalah yang akan dicari solusinya adalah masih banyaknya guru yang kurang disiplin dalam kehadiran dikelas pada proses belajar mengajar.
(b) Merumusan tujuan penyelesaian masalah/tujuan menghadapi tantangan/tujuan melakukan inovasi/tindakan. Dalam penelitian ini penulis mengambil rencana untuk melakukan tindakan memberikan Reward dan Punishment kepada guru-guru untuk meningkatkan kedisiplinan  guru dalam kehadiran dikelas pada proses belajar mengajar.
 (c)  Merumusan indikator keberhasilan penerapan Reward dan Punishment dalam meningkatkan disiplin guru dalam kehadiran dikelas pada proses belajar mengajar.
(d) Merumusan langkah-langkah kegiatan  penyelesaian masalah/kegiatan menghadapi tantangan/kegiatan melakukan tindakan. Langkah-langkah  yang  diambil penulis dalam melakukan tindakan antara lain adalah melakukan sosialisasi kepada para guru mengenai penelitian yang akan dilaksanakan, serta menyampaikan tujuan dari penerapan tindakan yang dilakukan oleh penulis.
Kepada para guru disampaikan mengenai penerapan Reward dan Punishment yang akan diterapkan dalam penelitian ini. Pada siklus pertama ini, akan dipampang/ditempel diruang guru, peringkat nama-nama guru yang paling rendah tingkat keterlambatan masuk kelasnya sampai yang paling tinggi tingkat keterlambatannya.
(e)  Mengidentifikasi warga sekolah dan atau pihak-pihak terkait lainnya yang terlibat dalam penyelesaian masalah/menghadapi tantangan/melakukan tindakan. Penulis melakukan identifikasi siapa saja yang dilibatkan dalam penelitian ini. Pihak-pihak yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah : guru, guru piket, penjaga, dan siswa.
(f)   Mengidentifikasi metode pengumpulan data yang akan digunakan. 
(g)  Penyusunan instrumen pengamatan dan evaluasi. 
(h)  Mengidenifikasi fasilitas yang diperlukan.
Fasilitas atau alat bantu yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : kertas (lembar pengamatan), alat tulis berupa balpoin, serta jam dinding yang ada disetiap kelas, serta rekap jumlah kehadiran dari setiap guru, software bel sekolah, peragkat komputer dan pengeras suara.
 2.  Pelaksanaan
Pelaksanaan penelitian tindakan sekolah  ini dilaksanakan melalui beberapa kegiatan, antara lain :
(a)  Menyebarkan lembar pengamatan kepada  setiap Ketua Kelas atau Sekretaris kelas sebanyak 6 set, sesuai dengan banyaknya jumlah rombongan belajar di SDN Bugasur Kedaleman I Kecamatan Gudo Kabupaten jombang 6 rombongan belajar. Dalam lembar pengamatan itu, telah dibuat daftar guru yang mengajar dikelas itu setiap jam dan diberi kolom jam masuk kelas serta jam keluar kelas. Lembar pengamatan dapat dilihat pada lampiran.
 (b) Berkoordinasi dengan petugas piket setiap hari, yaitu dari guru yang tidak mempunyai jam mengajar pada hari itu dan satu orang penjaga. Penjaga sekolah akan mengedarkan daftar hadir guru dikelas yang telah dibuat agar dapat melihat tingkat kehadiran guru disetiap kelas dan disetiap pergantian jam pelajaran. Guru yang terlambat lebih dari 15 menit, dianggap tidak hadir dan diberi tanda silang. Daftar hadir guru dapat dilihat dalam lampiran.
(c)  Setelah selesai jam pelajaran, dilakukan rekapitulasi dari hasil pengamatan, Oleh guru piket dan penulis.
(d) Kegiatan tersebut dilakukan terus setiap  hari kepada setiap guru selama satu minggu (satu siklus). 
3.  Pengamatan dan Evaluasi
Pengamatan atau observasi dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan lembar observasi selama satu minggu (satu siklus), untuk semua guru yang berjumlah 12 orang.  Selama pengamatan peneliti dibantu atau berkolaborasi dengan guru piket.
Peneliti juga melakukan penilaian dari  hasil lembar observasi yang dibagikan kepada pengurus kelas untuk mengamati kehadiran guru dikelas.
4.  Refleksi
Setelah selesai satu siklus maka diadakan refleksi mengenai kelemahan atau kekurangan dari pelaksanaan tindakan pada siklus pertama.
Refleksi dilaksanakan bersama-sama  kolaborator untuk menentukan tindakan perbaikan pada siklus berikutnya.

Siklus 2
Pelaksanaan siklus 2 masih sama dengan siklus I, yaitu terdiri atas beberapa tahap, sama seperti siklus 1 yaitu : (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3) Pengamatan dan Evaluasi, dan (4) Refleksi.
1.  Perencanaan
Dari hasil refleksi pada siklus pertama, peneliti merencanakan untuk melakukan tindakan  Reward dan  Punishment yang lebih tegas dibandingkan dengan siklus pertama. 
Peneliti merencanakan untuk mengumumkan hasil observasi mengenai tingkat keterlambatan guru masuk kelas dalam proses belajar mengajar, pada kegiatan rapat setelah upacara bendera hari Senin.
2.  Pelaksanaan
Pelaksanaan penelitian tindakan sekolah pada siklus kedua ini dilaksanakan Seperti siklus sebelumnya :
3.  Pengamatan dan Evaluasi
Pengamatan oleh peneliti meliputi :
(a). Kehadiran guru dikelas
(b).   Tingkat keterlambatan guru masuk kelas
(c).   Waktu meninggalkan kelas setelah selesai pelajaran
4.  Refleksi
Setelah selesai pelaksanaan tindakan pada  siklus kedua maka diadakan refleksi
mengenai kelemahan atau kekurangan dari pelaksanaan tindakan pada siklus kedua tersebut. Dan digunakan sebagai dasar langkah selanjutnya.

E.    Teknik Pengumpulan Data 
Teknik pengumpulan data dari penelitian tindakan sekolah ini adalah melalui data kualitatif yang diperoleh dari observasi dan pengamatan.

F.   Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian tindakan sekolah ini antara lain adalah :
1.  Skala Penilaian
2.  Lembar Pengamatan
3.  Angket

G.  Teknik Analisis Data
Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa data kualitatif yang bersumber dari data primer maupun empiris. Melalui analisa data ini, dapat diketahui ada tidaknya peningkatan kedisiplinan  guru dalam kehadiran dikelas melalui pemberian  reward dan  punishment yang merupakan fokus dari penelitian tindakan sekolah ini.

H.   Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan penerapan tindakan ini penulis tetapkan sebesar 80%, artinya tindakan ini dinyatakan berhasil bila 80% guru masuk kelas dalam proses pembelajaran kurang dari 5 menit.






















Tidak ada komentar:

Posting Komentar